Bagian terpenting dari
lembaga adalah peranan. Peranan ialah jabatan. Sifat-sifat peranan saling
mengisi. Peranan dan fungsi Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah (TAS/M) belum
sepenuhnya diberdayakan oleh Sekolah/Madrasah, pada hal peranan dan fungsi TAS/M
mendukung kelancaran pembelajaran. Peranan menimbulkan harapan dan berkonflik
dengan kepribadian. Peranan TAS/M adalah administrator, personal, sosial, dan
manajer. Fungsi ialah sekelompok tugas pekerjaan meliputi aktivitas, jenis yang
sama sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau urutan. Fungsi. TAS/M adalah
memberikan pelayanan prima baik dalam makna sebenarnya dan singkatan. Singkatan
pelayanan prima sudah mengandung dimensi pelayanan yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan pelayanan prima. Keefektifan individual ditentukan oleh
sikap, keterampilan, pengetahuan, Salah satu cara untuk mengefektifkan peran
dan fungsi tenaga administrasi sekolah adalah dengan melakukan pelatihan
keterampilan manajerial berbasis kompetensi. Terdapat beberapa mata pelatihan yang
ditawarkan dalam pelatihan manajerial kepala tenaga administrasi sekolah.
Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan sumbangan konsep pemikiran
tentang peranan dan fungsi TAS/M dan upaya mengefektifkannya.
A. Pendahuluan
Manusia dalam
kehidupan dan penghidupannya memiliki berbagai peranan. Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah (TAS/M) dalam kesehariannya dapat berperan sebagai
administrator ketika di sekolah/madrasah (S/M), mungkin berperan sebagai kepala
rumah tangga ketika di rumah, berperan sebagai anggota ketika rapat di suatu
organisasi, berperan sebagai pemain dalam salah satu cabang olah raga, dan
sebagainya.
Peranan itu dapat
saling mendukung dan dapat pula saling bertentangan. Peranan memiliki
harapan-harapan (Getzel, 1958). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
administrasi di Sekolah Dasar (SD) menurut temuan para pengawas masih belum
baik dan mereka mengeluhkan hal ini. Ketika para Kepala SD ditanya para
pengawas mengapa administrasi S/M mereka masih belum tertib, para kepala
sekolah menjawab karena kami belum memiliki TAS/M.
Secara hukum, SD
Negeri tidak ada TAS, namun secara faktual, beberapa SD mengangkat sendiri TAS
ada yang dibayar oleh komite sekolah dan ada pula yang tidak dibayar. Sebagian
Kepala SD/MI mengeluh belum dapat memimpin sekolahnya secara optimal karena
disibukkan oleh kegiatan administrasi sekolah terutama administrasi dana Biaya
Operasional Sekolah (BOS). Akibatnya, mutu lulusan SD/MI sulit ditingkatkan.
Sebaliknya, peranan dan fungsi tenaga administrasi di SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK ada sudah diberdayakan dan ada yang belum diberdayakan tergantung
kemauan kepala S/M-nya masing-masing. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
beberapa kepala S/M belum memfungsikan TAS/M karena berbagai faktor. Mungkin
karena belum ada TAS/M-ya, mungkin faktor pelayanannya belum memuaskan, dan
mungkin pula hubungan interpersonal keduanya belum baik. Harapannya adalah
kepala S/M, guru, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang-orang di luar S/M
yang berkepentingan dan peduli dengan S/M mau dan mampu memanfaatkan peranan
dan fungsi TAS/M dengan sebaik-baiknya.
Rekrutmen dan seleksi
serta penempatan tenaga administrasi di SD/MI merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak untuk dilaksanakan pemerintah dalam rangka memenuhi tuntutan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 35, ayat (1), butir (b) Yang berbunyi, ”SD/MI atau bentuk
lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah.” Maknanya adalah setiap SD/MI harus memiliki TAS/M.
Menurut Direktorat
Tenaga Kependidikan (2005), jumlah SD Negeri 135.644 buah. SD Swasta 10.223
buah. Jumlah SD seluruhnya 145.867 buah. Jika satu SD minimal membutuhkan satu
tenaga administrasi SD, maka perlu diangkat 145.867 orang tenaga administrasi
sekolah untuk SD. Karena alasan klasik keuangan negara masih terbatas, maka
tidak mungkin mengangkat sekaligus 145.867 tenaga administrasi SD. Untuk itu,
pemenuhan tenaga administrasi SD akan dilakukan secara bertahap.
Data di lapangan
sementara ini menunjukkan bahwa SD baru boleh memiliki seorang TAS/M jika
jumlah Rombongan Belajar (RB) minimal enam buah. Jika jumlah RB lebih dari
enam, SD/MI tersebut boleh memiliki seorang kepala TAS/M. Saat ini, data
tersebut divalidasi dan diuji publik oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) tentang berapa jumlah siswa SD/MI atau jumlah RB yang logis dan
realistis baru boleh memiliki tenaga administrasi SD/MI. Setelah mereka
ditempatkan di SD, masalahnya adalah, ”Bagaimanakah peranan dan fungsi mereka
di SD kelak?”
Untuk tenaga
administrasi di SMP/MTs, SMA/MI, dan SMK/MAK juga sama yaitu, ”Bagaimanakah
peranan dan fungsi tenaga administrasi SMP/MTs, SMA/MI, dan SMK/MAK?
Bagaimanakah meningkatkan keefektifan peranan dan fungsi tenaga administrasi di
SMP/MTs, SMA/MI, dan SMK/MAK?”
Masalah-masalah di
atas dapat dirumuskan sebagai berikut, ”Bagaimana peranan, dan fungsi TAS/M,
dan mengefektifkannya?”
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, artikel ini bertujuan untuk memberikan sumbangan konsep
pemikiran tentang peranan dan fungsi TAS/M, dan upaya-upaya mengefektifkan
peranan dan fungsi tersebut. Berikut ini dibahas kajian teoritis tentang
konsep:
- peranan TAS/M,
- fungsi TAS/M, dan
- upaya mengefektifkan peranan dan fungsi TAS/M.
B.
Pembahasan
1.
Konsep Peranan TAS/M
Suatu bagian penting
dari lembaga ialah peranan. Peranan ialah aspek-aspek dinamis dari kedudukan
dan jabatan di dalam suatu lembaga, dan ia menetapkan perilaku para pemegang
peranan itu. Di sekolah, pemegang peranan itu meliputi pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik (Oteng Sutisna, 1987).
Menurut Getzel (1958),
peranan memiliki harapan-harapan yaitu kewajiban, tanggung jawab, dan haknya.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa peranan sebagai TAS/M memiliki harapan
antara lain ingin: tertib administrasi, eselon V.a bagi Kepala Tata Usaha SMA
disamakan dengan eselon Kasubag Tata Usaha di SMK yaitu IV.b, diikutkan dalam
pelatihan-pelatihan seperti halnya kepala sekolah/madrasah dan guru, ingin agar
peranan dan fungsinya diberdayakan oleh kepala S/M, peranan dan fungsinya
dihargai sama pentingnya dengan kepala S/M dan guru, dan kesejahteraan TAS/M
sebagai haknya juga ditingkatkan. Sampai di luar S/M pun, peranan dan fungsi
TAS/M kurang dihargai oleh masyarakat. TAS/M ingin tertib administrasi agar
peranan dan fungsinya dianggap penting dan diberdayakan oleh sekolah.
TAS/M ingin disamakan
eselonnya karena peran dan fungsi serta beban tugas Kepala Tata Usaha di SMA
relatif hampir sama dengan Kasubag Tata Usaha di SMK. Meskipun di SMK ada
bengkel-bengkelnya tetapi di bengkel sudah ada kepala bengkel dan teknisi yang
langsung berada di bawah pembinaan kepala sekolah. Di samping itu, SMA dan SMK
sama-sama dalam lingkungan pendidikan menengah.
TAS/M ingin diikutkan
pelatihan seperti halnya kepala sekolah dan guru karena ingin meningkatkan
kompetensinya sehingga mampu memainkan peranan dan fungsinya secara lebih
profesional, ingin mendapatkan pengalaman berada di tempat lain, ingin menambah
teman-teman baru, dan ingin melepaskan kejenuhan di tempat kerja.
TAS/M ingin
diberdayakan peran dan fungsinya karena selama ini masih ada kepala S/M yang
hanya melibatkan dalam pembuatan program saja, sedangkan dalam pelaksanaannya
tidak dilibatkan, mungkin untuk menghemat, kurang kompeten, hubungan
interpersonal kurang baik, dan mungkin pula ketertutupan kepala S/M dalam hal
keuangan.
TAS/M ingin dihargai
karena manusia pada hakikatnya memiliki kebutuhan ingin dihargai atau esteem
need menurut Maslow (1954), sama-sama ingin mencerdaskan peserta didik, dan
S/M sebagai sebuah sistem. S/M dapat ibarat sebuah tim sepak bola, maka peranan
dan fungsi kepala S/M sebagai kapten, guru sebagai penyerang, gelandang tengah
dan back, maka TAS/M adalah sebagai kipernya. Semuanya sama tujuannya yaitu
ingin mencetak gol sebanyak-banyaknya. Jadi semua peran dan fungsi di sekolah
adalah sama pentingnya.
Ilustrasi di atas
mendukung pendapat Getzel (1958) yang menyatakan bahwa sifat pokok dari
peranan-peranan adalah satu sama lain saling melengkapi untuk mencapai tujuan
sekolah secara efektif, efisien, mandiri, dan akuntabel. Misalnya, guru
berperan memberi pembelajaran, siswa berperan sebagai pembelajar. Pengawas
berperan sebagai pembimbing kepala sekola, kepala sekolah berperan sebagai
pihak yang dibimbing. TAS/M berperan sebagai administrator; kepala S/M, guru,
siswa, dan orang tua yang memanfaatkan administrasi tersebut. Semua peranan
masing-masing adalah untuk mencapai tujuan sekolah.
Penghargaan terhadap
pentingnya peranan dan fungsi TAS/M sampai saat ini masih kurang disadari dan
kurang mendapat perhatian baik oleh warga S/M, warga masyarakat, ilmuwan,
maupun pejabat. Tetapi, dengan adanya Direktorat Tenaga Kependidikan, niat dan
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat serta citra TAS/M semakin mendapat
perhatian. Terbukti dengan semakin banyaknya bimbingan teknik (pelatihan) TAS/M
yang telah dilakukan Direktorat Tenaga Kependidikan di mana sebelumnya pelatihan
seperti ini sangat langka dilaksanakan.
Sebenarnya, kalau kita
mau jujur, dan berdialog dengan hati nurani dan menganggap sekolah sebagai
suatu sistem sosial; maka peranan dan fungsi setiap orang sama pentingnya
karena masing-masing saling membutuhkan. Semua yang diciptakan Tuhan pasti ada
manfaatnya. Coba bayangkan, seandainya penjaga sekolah tidak masuk, pintu tidak
bisa dibuka, maka proses pembelajaran di kelas akan terganggu.
Manusia ada yang
menghakimi bahwa TAS/M tidak penting karena menurut Jakop Sumardjo (2007),
manusia itu sombong dan menganggap dirinyalah yang paling benar. Orang lain itu
tidak penting, penuh dengan kesalahan dan dirinyalah yang paling dan benar.
Setiap orang mempunyai ”kepentingan” dan ”kebenaran” sendiri serta ”kepentingan”
dan ”kebenaran” itulah yang dipakai untuk menghakimi orang lain. Kalau manusia
ingin menghakimi orang lain, ia harus cerdas secara subjektif.
Kecerdasan subjektif
ini terbatas karena itu ia harus terbuka, toleran, mau mendengar
”kebenaran-kebenaran” yang lain. Hakim yang bodoh adalah hakim yang berkaca
mata kuda yang hanya melihat satu arah dan tidak mau melihat dan mendengar arah
kiri, kanan, dan belakang. Sejarah membuktikan, penghakiman seperti ini telah
menghukum mati ilmuwan-ilmuwan potensial seperti Pram, Socrates, Galileo,
Bruno, dan ribuan lainnya.
Di negara kita,
sebenarnya negara sangatlah dirugikan dengan dihakiminya orang-orang kompeten
dan potensial di bidangnya. Mereka tidak diberdayakan secara optimal bahkan
tidak dilibatkan karena penguasa lebih mementingkan kelompok dan sentimen
pribadinya daripada mementingkan bangsanya. Para penguasa menghakimi mereka
dengan mengatakan mereka tidak dapat bekerja sama, integritas dan komitmennya
diragukan. Soal kerjasama, integritas, dan komitmen biarlah proses yang
membuktikannya.
Pendapat di atas itu
tampaknya berlaku bagi mereka yang menghakimi bahwa TAS/M tidak penting, tidak
perlu dilatih karena pekerjaannya hanyalah mengurusi surat-menyurat. Padahal
kenyatan di lapangan, Kepala TAS memiliki staf yang harus ia kelola secara
profesional dengan keterampilan managerialnya.
Bangsa kita adalah
bangsa tidak mau menghargai potensi orang lain seperti yang diungkapkan
Editorial (2006), ”Padahal orang pintar tidak sedikit di negeri ini ... tetapi
kepintaran dan kehebatan mereka tidak memperoleh harga dan penghargaan yang
memadai. Karena, negara dan masyarakat terbelenggu dalam struktur berpikir yang
tidak menghargai apa yang dipunyai sendiri.”
Keadaan ini terjadi
pula dengan TAS/M. Bangsa kita tampaknya belum menghargai profesionalisme. Oleh
sebab itu, pengangkatan TAS/M masih banyak dari lulusan SMA daripada SMK
Jurusan Administrasi Perkantoran. Di suatu sekolah sebagai contoh, ada yang
mengangkat pengurus surat menyurat dari SMK Jurusan Otomotif. TAS/M ingin agar
kesejahteraannya ditingkatkan karena merasa gaji dan penghasilannya tidak
cukup.
Manusia cenderung
merasa tidak cukup. Sesungguhnya, cukup tidak cukup itu bukanlah terletak pada
gaji dan penghasilan tetapi pada ”rasa”. Coba lihat teman Anda. Gaji dan
penghasilannya jauh di bawah Anda, tetapi tidak pernah mengeluh dan tampak
hidupnya sangat bahagia walaupun tidak dalam kemewahan. Jadi, untuk merubah
tidak cukup menjadi cukup adalah dengan merubah rasa tidak cukup menjadi cukup
dan bersyukur (Masassya, 2007). Orang yang cukup (kaya) adalah orang yang
sedikit (miskin) keinginan. Sebaliknya, orang tidak cukup (miskin) adalah orang
yang banyak (kaya) keinginannya.
Mengapa TAS/M ingin
ditingkatkan kekayaannya? Jawabnya menurut Taufiq Effendi, selaku Menpan (2007)
menyatakan, ”Barangkali salah satu penyebabnya adalah karena bangsa ini punya
alat ukur yang sangat unik. Misalnya, alat ukur untuk melihat kesuksesan
seseorang dipandang dari berapa jumlah mobil yang dimilikinya, rumahnya di
kawasan mana, merek bajunya apa, bahkan-mungkin-termasuk berapa jumlah
isterinya. Karena alat ukur yang demikian itu, maka ketika seseorang menjalin
hubungan dengan orang lain, orang lain itu disuguhkan dengan penampilan yang
dilengkapi dengan aksesori mobil mengkilap, baju bermerek, dan lain sebagainya
(meskipun sebenarnya semuanya hasil pinjaman bahkan utang). Celakanya, cara
seperti itu justru membuat lawan hubungannya menjadi yakin dan percaya
sepenuhnya.”
Peranan menurut Getzel
(1958) kadang-kadang berkonflik dengan kepribadian. Sebagai contoh, peranan
sebagai Kepala TAS/M sebagai manajer bertugas menilai DP3 bawahannya mempunyai
kepribadian objektif dan senang membina. Menurut aturan, PNS tidak bisa naik
pangkat jika nilai kesetiaan di bawah 91. Pada hal bawahannya hanya layak
diberi nilai di bawah 91. Jika PNS bersangkutan diberi nilai di bawah 91
berarti pembinaan si Kepala TAS/M berarti tidak berhasil. Di samping itu, jika
PNS tidak bisa naik pangkat, dikhawatirkan PNS bersangkutan semakin malas dan
frustasi. Akhirnya, diberi PNS tersebut nilai 91.
Akibatnya, terjadilah
konflik batin antara peranan dengan kepribadian Kepala TAS/M. Peranan TAS/M
sangat erat hubungannya dengan otoritas formal yang diberikan oleh S/M.
Otoritas formal tersebut berupa tugas pokok dan fungsi TAS/M.
Pekerjaan tenaga
administrasi menurut Terry (1958) meliputi: penyampaian keterangan secara lisan
dan pembuatan surat menyurat dan laporan-laporan sebagai cara untuk meringkas
banyak hal dengan cepat guna menyediakan suatu landasan fakta bagi tindakan
kontrol dari pimpinan.
Selanjutnya
ditambahkan Terry bahwa tujuh kegiatan tenaga administrasi adalah:
a.
mengetik,
b.
menghitung,
c.
memeriksa,
d.
menyimpan,
e.
menelpon,
f.
menggandakan,
g.
mengirim surat,
h.
dan lain-lain.
Sedangkan Mill dan
Standingford (1982) menyebutkan delapan kegiatan tenaga administrasi yaitu:
a.
menulis surat,
b.
membaca,
c.
menyalin (menggandakan),
d.
menghitung,
e.
memeriksa,
f.
memilah (menggolongkan dan menyatukan),
g.
menyimpan dan menyusun indeks, dan
h.
melakukan komunikasi (lisan dan
tertulis).
Menurut The Lian Gie
(2000), tenaga tata usaha memiliki tiga peranan pokok yaitu:
a.
melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
operatif untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi,
b. menyediakan keterangan-keterangan bagi
pucuk pimpinan organisasi itu untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan
yang tepat, dan
c.
membantu kelancaran perkembangan
organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Berdasarkan pendapat
The Lian Gie di atas, maka peranan TAS/M sesungguhnya hanya satu yaitu sebagai
administrator karena ketiga peranan yang diungkapkan di atas yaitu melayani,
menyediakan, dan membantu sama dengan administrasi. Jika ditinjau dari sudut
asal usul kata (etimologis), maka administrasi berasal dari Bahasa Latin, ad
+ ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan ministrare
berarti melayani, membantu, dan memenuhi atau menyediakan (Husaini Usman,
2006).
Selanjutnya dijelaskan
oleh The Liang Gie (2000) bahwa untuk Indonesia dapatlah kini secara lengkap
tata usaha dirumuskan sebagai segenap rangkaian kegiatan yang menghimpun,
mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan.
Pekerjaan
catat-mencatat atau tulis-menulis mendukung falsafah yang digunakan dalam
Sistem Manajemen Mutu International Standart Organization 9001:2000 (SMM
ISO 9001:2000) yaitu, ”Tulis yang Anda kerjakan dan kerjakan yang Anda tulis.”
Jika mutu S/M Indonesia
ingin diakui dunia internasional, maka S/M harus menerapkan dan memiliki
sertifikat ISO 9001:2000. Pekerjaaan catat mencatat mendukung salah satu fungsi
manajemen yang dikembangkan oleh Gullick & Urwick (1937) (Hoy & Miskel,
2005) dengan akronim POSDCoRB (Planning, Organizing, Staffing, Coordinating,
Reporting, and Budgetting).
Pekerjaan
catat-mencatat mendukung salah satu karakteristik birokrasi yaitu administrasi
adalah tindakan catat-mencatat seperti yang dinyatakan Weber (1947) (Wendrich,
et.al.,1988).
Dari berbagai pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan TAS/M adalah sebagai administrator.
Jika TAS/M tersebut memiliki staf, maka peranannya bertambah satu yaitu sebagai
pengelola (manager). Manajer menurut The Liang Gie (2000) ialah seorang yang
mampu: melihat semua urusan dalam keseluruhannya, melimpahkan pekerjaannya,
membangkitkan gairah kerja, memberikan insipasi, membimbing stafnya, bekerja
sama, dan menerapkan teknik-teknik administrasi perkantoran.
Menurut Anonim (1995),
sebagai seorang administrator, ia harus memahami dan mampu mengkoordinasikan
penyelenggaraan administrasi S/M sesuai pedoman pengelolaan administrasi S/M.
Jadi, seorang administrator harus mampu sebagai koordinator. Di samping itu, ia
juga harus mampu menciptakan pelayanan administrasi yang lancar dan tepat
waktu. Peranan kepala TAS/M sebagai manajer lainnya lagi adalah sebagai planner
karena ia harus membuat rencana dan program kerja ketatausahaan. Sebagai
organisator karena ia harus mengorganisasikan stafnya.
Dari pengalaman
lapangan diketahui bahwa staf TAS/M yang paling lengkap kebanyakan berada di
SMK favorit. Di SMK tersebut, idealnya terdapat 13 orang staf administrasi
sekolah dengan tugas sebagai:
a.
pelaksana urusan persuratan dan
pengarsipan (kesekretariatan),
b.
pelaksana urusan kepegawaian (pendidik
dan tenaga kependidikan),
c.
pelaksana urusan keuangan (pembiayaan
sekolah/madrasah),
d.
pelaksana urusan kurikulum (isi) dan
pembelajaran (proses),
e.
pelaksana urusan kesiswaan (peserta
didik),
f.
pelaksana urusan sarana dan prasarana,
g.
pelaksana urusan hubungan sekolah dengan
masyarakat,
h.
pesuruh (caraka),
i.
pengemudi (pada sekolah yang sudah
memiliki mobil),
j.
penjaga S/M,
k.
tukang kebun (pada SMK Pertanian), dan
l.
tenaga kebersihan S/M.
Dengan diterapkannya
delapan standar pendidikan nasional di S/M, maka pelaksana urusan akan
bertambah lagi yaitu:
(1)
pelaksana urusan kompetensi lulusan, dan
(2)
pelaksana urusan penilaian pendidikan.
Tugas-tugas di atas
tentunya dapat dirangkap tergantung kebutuhan S/M masing-masing. Dengan
diterapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional, maka tenaga kebersihan, tenaga
perpustakaan, dan tenaga laboran/teknisi bukan lagi menjadi staf TAS/M tetapi
kedudukannya tersendiri yaitu sebagai salah satu tenaga kependidikan seperti
halnya dengan TAS/M.
Peranan semua
pelaksana urusan adalah sebagai administrator. Peranan pesuruh adalah sebagai
pengantar surat (expeditor atau distributor) dan melayani
konsumsi tamu (waiter). Peranan pengemudi adalah sebagai sopir (driver).
Peranan tukang kebun adalah pemelihara kebun (caretaker atau nurseryman)
TAS/M sebagai pribadi tidak dapat melepaskan peranannya sebagai personal.
Berkenaan dengan
kualitas personal, Denyer (1975) menyatakan bahwa kualitas kepribadian TAS/M
yang penting-penting adalah kegairahan (enthusiasm), ketulusan (sincerity),
kebijaksanaan (wisdom), dan pengendalian diri (self-control).
Berkaitan dengan
ketulusan, Sri Pannyavaro (2007) menyatakan bahwa diantara pekerjaan luhur yang
dilakukan manusia adalah melayani orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Jika
seseorang membantu orang lain dengan ketulusan atau keikhlasan, maka ia akan
mendapat kebahagiaan. Sebaliknya, orang yang tidak tulus akan lebih banyak
merasa gelisah dan khawatir, bahkan kecewa dan menyesal manakala mendapati
kenyataan yang sesuai harapan. Keberadaannya selalu dibutuhkan dan ketiadaannya
selalu dikenang. TAS/M sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan peranannya
sebagai orang yang sosial.
Berkenaan dengan
keterampilan sosial, Hunsaker (2002) menyatakan, ”The ability to connect to
other, build positive relationships, respond to the emotions of others, and
influence others is the final component of emotional intelegence. Managers need
social skills to understand interpersonal realationships, handle disagreements,
resolve conflicts, and pull people together for common purpose.”
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan TAS/M adalah
sebagai: administrator, personal, dan sosial. Peranan kepala TAS/M adalah
sebagai: administrator, personal, sosial, dan manajer. Peranan sebagai
administrator memiliki subperanan sebagai: collector, reporter, programmer,
calculator, duplicator, sender, archivist, communicator, technician, expeditor,
waiter, dan caretaker. Peranan sebagai manajer memiliki subperanan sebagai:
planner, organizator, motivator, coordinator, delegator, problem solver,
decision maker, dan evaluator.
- Konsep Fungsi TAS/M
Fungsi ialah
sekelompok tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada
jenis yang sama berdasarkan sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau karena
merupakan suatu urutan ataupun secara praktis saling tergantung satu sama lain.
Fungsi dalam suatu organisasi dibebankan kepada seseorang petugas atau satuan
tertentu sebagai tugas yang harus dilaksanakan (The Liang Gie, 2000).
Terry (1958)
menyebutkan bahwa tenaga administrasi sebagai pekerjaan pelayanan (service
work) yang mempunyai fungsi memfasilitasi (function facilitating),
untuk membantu pekerjaan-pekerjaan pokok (substantif) berjalan secara
efektif dan efisien.
Grager (dalam Wylie,
1958) menyatakan bahwa fungsi administrasi perkantoran adalah fungsi tata
penyelenggaraan terhadap komunikasi dan pelayanan surat menyurat dari suatu
organisasi.
Evans (dalam Heyel, 1963)
menyatakan bahwa administrasi perkantoran sebagai fungsi yang menyangkut
manajemen dan pengarahan semua tahap operasi perusahaan yang mengenai
pengolahan bahan keterangan, komunikasi, dan ingatan organisasi.
Thomas (1975)
menyatakan bahwa fungsi administrator sekolah/madrasah adalah pelayanan yang
diberikan olehnya.
Sejalan dengan
pendapat-pendapat di atas, Depdiknas (2001) menyatakan bahwa fungsi TAS/M
adalah:
a. Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha bertugas membantu kepala
sekolah/madrasah dalam kegiatan administrasi (urusan surat menyurat,
ketatausahaan) sekolah/madrasah yang berkaiatan dengan pembelajaran,
b. Pelaksana urusan kepegawaian bertugas membantu Kepala Tata Usaha/Kepala
Subbagian Tata Usaha dalam kegiatan atau kelancaran kepegawaian baik pendidik
maupun tenaga kependidikan yang bertugas di sekolah/madrasah,
c. Pelaksana urusan keuangan bertugas membantu Kepala Tata Usaha/Kepala
Subbagian Tata Usaha dalam mengelola keuangan sekolah/madrasah,
d. Pelaksana urusan perlengkapan/logistik bertugas membantu Kepala Tata
Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam mengelola perlengkapan/logistik
sekolah/madrasah,
e. Pelaksana sekretariat dan kesiswaan bertugas membantu Kepala Tata
Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam mengelola kesekretariatan dan
kesiswaan,
f. Pengemudi bertugas sebagai sopir,
g. Penjaga sekolah/madrasah bertugas memelihara dan memperbaiki fasilitas
sekolah/madrasah berupa bangunan, kelistruikan, dan peralatan praktik. Joko Kuncoro
(2002) menyatakan bahwa pekerjaan kantor atau tata usaha memiliki berbagai
sebutan lain seperti office work, paper work, dan clerical
work diperlukan oleh semua jenis aktivitas substantif agar dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
Pada dasarnya,
pekerjaan TAS/M merupakan pelayanan yang berfungsi meringankan (facilitating
function) terhadap pencapaian tujuan aktivitas substantif. Setiap
organisasi, apapun bentuk, jenis, corak, dan tujuannya terdiri atas dua
pekerjaan yaitu aktivitas substantif dan pekerjaan kantor. Organisasi S/M
mempunyai aktivitas substantif berupa pembelajaran dan pekerjaan kantor berupa
administrasi S/M.
Dari berbagai pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi TAS/M adalah memberikan pelayanan prima
di bidang administrasi. Pelayanan prima dalam hal ini mengandung arti
sebenarnya dan arti singkatan. Pelayanan prima dalam arti sebenarnya menurut
Anonim (2000) ialah pelayanan yang sesuai atau melebihi standar yang ada.
Pelayanan prima sesungguhnya baru ada, apabila sudah ada standar pelayanan.
Pelayanan prima di
sekolah/madrasah ialah pelayanan yang sesuai atau melebihi delapan standar
pendidikan nasional yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar
kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar
sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8)
standar penilaian pendidikan.
Dengan adanya delapan
standar tersebut berarti S/M dapat melaksanakan pelayanan prima. PELAYANAN
PRIMA dalam arti singkatan adalah: Pantas (tepat janji dalam Mutu, Biaya, dan
Waktunya = BMW), Empati (memahami kebutuhan konsumen); Langsung (responsif,
segera dikerjakan dan tidak berbelit-belit), Akurat (tepat atau teliti,
reliabel); Yakin (kredibiltas, dapat dipercaya), Aman (resiko kecil, keraguan
kecil), Nyaman (menyenangkan dan memuaskan), Alat (lengkap dan modern), Nyata
(penampilan sarana dan parasarana, personil), Perkataan (sopan santun,
bersahabat, mudah berkomunikasi, mudah dipahami, konsisten dengan tindakan),
Rahasia (kerahasiaan pelayanan terjamin), Informasi (penyuluhan jelas mudah
didengar dan dipahami, objektif, valid, reliabel, komprehensif, lengkap, dan
mutakhir); Mudah (kesediaan melayani, mudah dihubungi, mudah ditemui, mudah
disuruh), dan Ahli (dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten) (Husaini
Usman,2006).
Singkatan PELAYANAN
PRIMA di atas sesungguhnya sudah mengandung dimensi pelayanan prima seperti
yang dinyatakan Zeithaml, et.al. (1990) dan Anonim (2000) yaitu: tangible
(nyata), reliability (pantas), responsiveness (mudah, kesediaan melayani),
competence (ahli), courtesy (perkataan sopan dan ramah), credibility (yakin),
security (aman), access (mudah), communication (informasi), dan understanding
(empati). Perbedaannya hanya terletak pada urutannya saja.
- Konsep Mengefektifkan Peran dan Fungsi TAS/M
Menurut Gibson, et.al.
(2003), efisien (daya guna) ialah proses penghematan sumber daya dengan cara
melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif
(hasil guna) ialah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dengan cara melakukan
pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif secara kuantitatif
adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang harus
dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah tingkat kepuasan yang
diperoleh.
Keefektifan dapat
dilihat dari tiga perspektif yaitu: (1) individual (input), (2) kelompok
(proses), dan (3) organisasi. Keefektifan individual ditentukan oleh sikap,
keterampilan, pengetahuan, motivasi, dan stres. Keefektifan kelompok ditentukan
oleh kekompakan (cohesiveness), kepemimpinan, struktur, status,
peranan-peanan, dan norma-norma. Keefektifan organisasi ditentukan oleh
lingkungan, teknologi, pilihan strategik, struktur, proses, dan budaya
(Gibson,2003).
Dalam artikel ini,
mengefektifkan dibatasi pada individual. Dari pendapat Gibson di atas, upaya
mengefektifkan peranan dan fungsi dapat dilakukan dengan meningkatkan sikap,
keterampilan, pengetahuan, motivasi, dan stres. Caranya dapat melalui studi
lanjut dan atau pelatihan.
Menurut seorang ahli
manajemen perkantoran, Denyer (1975), seorang manajer perkantoran harus
memiliki pendidikan dan pelatihan yang tepat maupun ciri-ciri perwatakan yang
cocok dengan tugasnya, memiliki kemampuan melimpahkan pekerjaan maupun kecakapan
dalam organisasi, harus mampu melihat semua urusan dalam keseluruhannya dan
menghargai segi-segi teknis administrasi yang terinci.
Mengenai kualitas
kepribadian yang penting-penting adalah kegairahan, ketulusan, kebijaksanaan,
dan pengendalian diri. Tetapi kualitas terpenting adalah kepemimpinan yakni
kemampuan membangkitkan gairah, memberikan inspirasi, dan membimbing semua
pegawai. Dengan kepemimpinan, manajer perkantoran dapat menghasilkan yang
terbaik dari stafnya, dapat membuat staf bekerja sama sebagai sebuah kelompok
yang terpadu. Salah satu cara untuk mengefektifkan peranan dan fungsi TAS/M
adalah melaksanakan pelatihan keterampilan manajerial berbasis kompetensi.
Sedangkan mekanisme
pelatihan di dalam kelas menggunakan model TIMS (Training In Management
Skills) yang dikembangkan oleh Hunsaker (2002).
Untuk menerapkan model
TIMS ada sepuluh langkah yang harus dilakukan yaitu:
a. menilai diri sendiri, contohnya peserta
merenungkan keterampilan mendesak apa saja yang dibutuhkan;
b. mempelajari konsep-konsep keterampilan,
contohnya mengingat kembali untuk keterampilan majarial konsepnya apa saja;
c.
mengecek konsep pembelajaran: kuis,
contohnya pelatih mengadakan pretest;
d.
mengidentifikasi perilaku-perilaku yang
akan diterampilkan: daftar isian untuk peserta, contohnya sikap, keterampilan,
dan pengetahuan apa saja yang dibutuhkan;
e. memperagakan keterampilan dalam sebuah
latihan mendemonstrasikan, contohnya pelatih memberi tugas individual untuk
mengetahui tingkat keterampilan;
f.
mempraktikkan keterampilan dalam
latihan-latihan kelompok, contohnya pelatih memberi tugas kelompok untuk
menyamakan persepsi dari hasil tugas individu masing-masing tadi kemudian
diplenokan dan dikomentari kelompok lain dan pelatih serta pelatih membagikan
modulnya;
g.
menilai tingkat kompetensi keterampilan
dalam bentuk daftar isian kesimpulan, contohnya pelatih memberi tugas individu
untuk membuat kesimpulan atau ringkasan;
h. tanya jawab untuk mendukung penggunaan
keterampilan, contohnya pelatih menanyakan bagaimana bentuk kesimpulan yang
dibuat peserta dan diakhir dengan postest;
i.
memperbanyak latihan agar semakin
terampil, contohnya pelatih memberi pekerjaan rumah untuk mengulang-ulang
keterampilan yang sudah dilatihkan atau meminta peserta sesering mungkin
berlatih;
j. membuat perencanaan tindakan (action
planning) mengembangkan keterampilan secara berkelanjutan; contohnya pelatih
menugaskan peserta membuat perencanaan tindak lanjut yang akan diklaksanakannya
di tempat tugas dalam waktu tertentu setelah selesai mengikut pelatihan.
Salah satu hal penting
yang perlu mendapat perhatian para pelatih adalah dalam melatih janganlah
banyak menugaskan peserta untuk mencatat atau mendengar (kecuali untuk latihan
menulis dan mendengar) tetapi lebih banyak melakukan karena sesuai dengan
namanya ”pelatihan”, maka peserta seharusnya lebih banyak berlatih sehingga
peserta memahami dan terampil melaksanakannya seperti yang dinyatakan filosof
Cina kuno yang terkenal, Confusius (dalam Hunsaker, 2002), ”I hear and I
forget. I see and I remember. I do and I understand.” Tetapi, pernyataan
Confiusius ini telah dibantah oleh Hunsaker (2002) yang menyatakan bahwa
berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran disarankan lebih akurat
menggunakan prinsip, ”I understand best when I hear, see, and do.”
Mata pelatihan untuk
mengefektifkan peranan TAS/M sebagai personal antara lain adalah: (1) mengenal
diri sendiri (Who am I?), (2) pengembangan diri (termasuk memotivasi diri
sendiri), (2) pengendalian diri, (3) berpikir positif, (4) bertindak asertif,
(5) manajemen stres, dan (7) manajemen waktu. Mata pelatihan untuk
mengefektifkan peranan TAS/M sebagai sosial antara lain adalah: (1) memahami
manusia, (2) teknik komunikasi efektif, (3) pengelolaan konflik, dan (4) kerja
tim (Hunsaker, 2002). Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan TAS/M sebagai
administrator antara lain adalah aplikasi program komputer untuk: (1)
administrasi persuratan dan kearsipan (kesekretariatan), (2) administrasi
pendidik dan tenaga kependidikan dan standarnya, (3) administrasi keuangan
(termasuk RAPBS dan perpajakan) dan standarnya, (4) administrasi isi dan
standarnya, (5) administrasi proses dan standarnya, (6) administrasi kesiswaan,
(7) standar kompetensi lulusan, (8) administrasi sarana dan prasarana dan
standarnya, (9) administrasi kehumasan dan kerjasama, (10) administrasi standar
pengelolaan (termasuk implementasi manajemen berbasis sekolah) dan standarnya, (11)
administrasi standar penilaian pendidikan, dan (12) administrasi unit produksi
sekolah (untuk SMK/MAK).
Aplikasi program
komputer untuk delapan standar pendidikan nasional dirancang sedemikan rupa
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengetahui standar yang sudah
dan belum dipenuhi S/M secara cepat, akurat, tepat, dan hemat. Mata pelatihan
untuk mengefektifkan peranan kepala TAS/M sebagai manajer antara lain adalah:
(1) perencanaan program ketatausahaan, (2) teknik berorganisasi, (3) teknik memotivasi
staf, (3) teknik koordinasi, (4) teknik memimpin staf (tim), (5) teknik
delegasi, (6) teknik pemecahan masalah dan pengambilan keputusan administratif,
(7) manajemen mutu berbasis sekolah, dan (8) teknik menilai kinerja staf
(Hunsaker, 2002). Mata pelatihan untuk mengefektifkan fungsi TAS/M adalah
pelayanan prima yang meliputi: (1) konsep pelayanan prima, (2) perilaku
pelayanan prima, dan (3) pengembangan kepribadian pelayanan (Anonim, 2000).
C. Kesimpulan
Peranan adalah bagian
terpenting dari S/M. Peranan ialah kedudukan dan jabatan di S/M. Di S/M, ada
yang berperan sebagai Kepala S/M, guru, siswa, dan tenaga kependidikan termasuk
TAS/M. Semua peranan sama pentingnya dan saling mendukung untuk mencapai tujuan
S/M. Peranan memiliki sejumlah harapan terutama kewajiban, tanggung jawab, dan
hak. Peranan kadang-kadang berkonflik dengan kepribadian.
Peranan TAS/M adalah
sebagai: administrator, personal, dan sosial. Peranan Kepala TAS/M adalah
sebagai administrator, personal, dan sosial, dan manajer. Peranan sebagai
administrator memiliki subperanan sebagai collector, reporter, programmer,
duplicator, calculator, sender, archivist, communicator,
technician, expeditor, waiter, dan caretaker.
Peranan sebagai
manajer memiliki subperanan sebagai: planner, organizator, motivator,
coordinator, delegator, problem solver, decision
maker, dan evaluator.
Fungsi ialah
sekelompok tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada
jenis yang sama berdasarkan sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau urutan. Fungsi
dalam suatu organisasi dibebankan kepada seseorang petugas atau satuan tertentu
yang harus dilaksanakan.
Fungsi TAS/M adalah
pelayanan prima di bidang administrasi baik dalam arti sebenarnya maupun
singkatan. Singkatan PELAYANAN PRIMA adalah Pantas, Empati, Langsung, Akurat,
Yakin, Aman, Nyaman, Alat, Nyata, Perkataan, Rahasia, Informasi, Mudah, dan
Ahli. Arti singkatan ini sekaligus sebagai karakteristik pelayanan prima.
Keefektifan individual ditentukan oleh sikap, keterampilan, pengetahuan.
Salah satu cara untuk
mengefektifkan peranan dan fungsi TAS/M ialah dengan mengadakan pelatihan
manajerial TAS/M berbasis kompetensi dengan langkah dari analisis kebutuhan
pelatihan sampai laporan pelaksanaan pelatihan. Mata pelatihan untuk
mengefektifkan peranan sosial adalah: (1) memahami manusia, (2) teknik
komunikasi efektif, (3) pengelolaan konflik, dan (4) kerja tim. Mata pelatihan
untuk mengefektifkan peranan administrator adalah aplikasi program komputer
untuk administrasi sekolah dan delapan SPN. Mata pelatihan untuk mengefektifkan
peranan manajer adalah: (1) perencanaan program ketatausahaan, (2) teknik
berorganisasi, (3) teknik memotivasi staf, (3) teknik koordinasi, (4)
kepemimpinan tim, (5) teknik delegasi, (6) teknik pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan administratif, (7) manajemen mutu berbasis sekolah, dan
(8) teknik menilai kinerja staf. Mata pelatihan untuk mengefektifkan fungsi
pelayanan prima adalah pelayanan prima.
(Sumber : www.tendik.org)