Minggu, 29 November 2015
Hari Lahir Pak Raden menjadi Hari Dongeng Nasional
Kebudayaan Nusantara sangat kaya akan dongeng karena bangsa Indonesia sejak dulu memiliki budaya narasi yang disampaikan secara oral. Setiap daerah memilki puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan cerita dan dongeng. Karena itulah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sangat mengapresiasi dan mendukung inisiatif masyarakat untuk menetapkan Hari Dongeng Nasional. Dan hari ini, 28 November 2015, bertepatan dengan hari lahir Drs. Suyadi, atau yang biasa dikenal sebagai Pak Raden, Mendikbud Anies Baswedan pun turut menghadiri Deklarasi Hari Dongeng Nasional di Perpustakaan Kemendikbud, Jakarta, bersama Forum Dongeng Nasional dan komunitas lainnya.
Mendikbud mengatakan, Pak Raden adalah sosok multitalenta, yang tak hanya pintar mendongeng, namun juga melukis. Kekuatan terbesarnya adalah rasa cintanya yang tak hingga pada anak-anak. Tidak ada satupun pendongeng modern Indonesia yang tidak mengidolakan dan meneladani Pak Raden. Karena itu, katanya, masyarakat Indonesia merasa sangat kehilangan ketika mendengar kabar berpulangnya Pak Raden.
"Menjadikan hari kelahirannya sebagai Hari Dongeng Nasional artinya kita memastikan legasi, keteladanan dan pesan-pesannya akan terus kita kenang setiap tahunnya. Maka dari itu saya mengapresiasi inisiatif untuk deklarasi 28 November, hari kelahiran Pak Raden, sebagai Hari Dongeng Nasional oleh berbagai komunitas dongeng dan kami akan memikirkan dukungan-dukungan apa yang bisa kami berikan lebih jauh pada tahun-tahun ke depan," ujar Mendikbud saat acara Deklarasi Hari Dongeng Nasional di Perpustakaan Kemendikbud, Jakarta, (28/11/2015).
Ia juga menuturkan, manusia adalah makhluk naratif, sehingga bercerita dan mendengarkan cerita adalah sesuatu yang tertanam begitu dalam di dalam diri manusia, dansesuatu yang disukai secara alami. Ada teori yang mengatakan bahwa bercerita dan mendongeng bisa jadi adalah salah satu alasan munculnya bahasa pertama kali. Bercerita dan mendongeng adalah perekat komunitas manusia sejak ribuan tahun lalu. Bercerita dan mendongeng juga merupakan bentuk tertua dari mengajar, mendahului menulis dan membaca.
"Ada banyak sekali kelompok-kelompok kebudayaan manusia yang buta huruf, mungkin hingga sekarang, tetapi tidak ada satupun kelompok kebudayaan manusia yang tidak memiliki cerita dan dongeng," tutur Mendikbud. Namun, lanjutnya, saat ini ada kecenderungan penurunan penggunaan dongeng dan cerita di kelas-kelas dan bahkan mungkin di rumah-rumah.
"Mungkin karena sebagian dari kita terlalu mengutamakan kemampuan akademis secara tidak proporsional, mengutamakan model-model pembelajaran yang instan dan cepat, penuh dengan hapalan-hapalan permukaan. Mungkin karena sebagian dari kita sudah terbiasa menjalani tanpa mencoba mengalami. Padahal sudah begitu banyak riset yang membuktikan manfaat cerita dan dongeng dalam tumbuh kembang anak, mulai dari meningkatkan kemampuan mendengar, kemampuan berbahasa, kemampuan imajinasi, kemampuan empati, dan pengembangan karakter lainnya," ujar Mendikbud.
Ia juga mengapresiasi inisiatif masyarakat untuk menghidupkan kembali penggunaan dongeng dan cerita dalam pembimbingan tumbuh kembang anak-anak. Para pegiat dongeng di Indonesia berkumpul di berbagai wilayah dan secara bersama ingin mengangkat momen Hari Dongeng Nasional sebagai perayaan suka cita cerita untuk merayakan dongeng. Salah satunya adalah Forum Dongeng Nasional yang terdiri dari banyak individu, perorangan, kelompok, komunitas, pendidik, dan pemerhati anak di seluruh Indonesia yang ingin menyatakan tanggal 28 November sebagai Hari Dongeng Nasional. Deklarasi Hari Dongeng Nasional dan acara dongeng bersama pun dilakukan serentak di Aceh, Medan, Lampung, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Nusa Tenggara Barat, Bali, Saparua, Ambon, Sidrap, Majene, Pinrang, Makasar, dan masih banyak lagi.
Sumber: http://kemdikbud.go.id/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar Anda!