Kami sangat menghargai Anda jika mengutip konten blog ini dengan menyebutkan sumbernya.

Kamis, 30 April 2015

Sambutan Mendikbud pada Hardiknas 2015



SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih, kita panjatkan puji dan syukur atas izin, rahmat, dan karunia-Nya, kita semua berkesempatan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional ini.

Di Hari Pendidikan Nasional ini, atas nama pemerintah, izinkan saya menyampaikan apresiasi pada semua pihak, pada semua pelaku pendidikan di mana pun berada, yang telah mengambil peran aktif untuk mencerdaskan saudara sebangsa. Untuk para pendidik di semua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter mulia, yang mampu meraih cita-cita dan menjadi pembelajar sepanjang hidup, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita semua.

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang mulia,

Republik tercinta ini digagas oleh anak-anak muda terdidik dan tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Sebuah negara yang berakar pada adat dan budaya bangsa nusantara, beralaskan semangat gotong royong, tetapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip kesejajaran dan kesatuan sebagai sebuah negara modern.
Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk memiliki gagasan besar yang melampaui zamannya. Gagasan dan perjuangan yang membuat Indonesia dijadikan sebagai rujukan oleh bangsa-bangsa di Asia dan di Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, tidak saja karena keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau keagungan budayanya, tetapi juga karena deretan orang-orang terdidiknya yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual.

Indonesia adalah negeri penuh berkah. Di tanah ini, setancapan ranting bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, laut melimpah, apalagi bila melihat mineral, minyak, gas, hutan, dan semua deretan kekayaan alam. Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun, kita semua harus sadar bahwa aset terbesar Indonesia bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala macam hasil bumi; aset terbesar bangsa ini adalah manusia Indonesia. Tanggung jawab kita sekarang adalah mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Fokus mereka, kaum kolonial itu, adalah pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara. Karena itu, mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tidak pernah peduli dengan kualitas manusia di Nusantara.

Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai kita hanya tahu tentang kekayaan alam, tetapi tidak tahu kualitas manusia di negeri kita. Kita harus berkonsentrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. Kita tidak boleh mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang terfokus hanya pada kekayaan alam, tetapi--sekali lagi saya tegaskan-melupakan soal kualitas manusia.

Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah perguruan tinggi di daerah kita? Tahukah kita berapa banyak anak-anak di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah? Tahukah kita tentang kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar anak-anak kita? Tahukah kita tentang tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?

Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini telah berhasil meraih kesejahteraan. Pada kita yang telah sejahtera itu, jelas terlihat bahwa pendidikan adalah hulunya. Karena pendidikanlah, maka terbuka peluang untuk hidup lebih baik. Pendidikan itu seperti tangga berjalan yang mengantarkan kita meraih kesejahteraan yang jauh lebih baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia pendidikan yang telah mengantarkan kita sampai pada kesejahteraan yang lebih baik? Pernahkah kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita menyapa, bertanya kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada guru-guru yang mendidik kita dulu? Bagi kita yang kini berkiprah di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut terlibat memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk membuat generasi anak-anak kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang berhasil diraih oleh generasi kita ini. Dan, iuran paling mudah adalah kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi anak-anak pelajar, lalu terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi, dan terlibat untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita.

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang berbahagia,

Wajah masa depan kita berada di ruang-ruang kelas, memang. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa tanggung jawab membentuk masa depan itu hanya berada di pundak pendidik dan tenaga kependidikan di institusi pendidikan. Secara konstitusional, mendidik adalah tanggung jawab negara. Namun, secara moral, mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Mengembangkan kualitas manusia Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama. Semua harus ikut peduli, bahu-membahu, saling sokong dan topang untuk memajukan kualitas manusia Indonesia lewat pendidikan.

Oleh karena itu, Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita mengambil tema ‘Pendidikan dan Kebudayaan Sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila’.

Kata kunci dari tema tersebut adalah “Gerakan”. Pendidikan harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. Karena itu, pendidikan tidak bisa dipandang sebagai sebuah program semata. Kita harus mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat. Kita mendorong pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan yang melibatkan seluruh elemen bangsa: masyarakat merasa memiliki, pemerintah memfasilitasi, dunia bisnis peduli, dan ormas/LSM mengorganisasi. Berbeda dengan sekadar “program” yang “perasaan memiliki atas kegiatan” hanya terbatas pada para pelaksana program, sebuah “gerakan” justru ingin menumbuhkan rasa memiliki pada semua kalangan. Mari kita ajak semua pihak untuk merasa peduli, untuk merasa memiliki atas problematika pendidikan agar semua bersedia menjadi bagian dari ikhtiar untuk menyelesaikan problematika itu.

Gerakan pencerdasan dan penumbuhan generasi berkarakter Pancasila adalah sebuah ikhtiar mengembalikan kesadaran tentang pentingnya karakter Pancasila dalam pendidikan kita. Sudah digariskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Itulah karakter Pancasila yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional kita.
Menumbuhkembangkan potensi anak didik seperti itu memerlukan karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tepat. Di sinilah Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali tentang karakteristik pendidik dan suasana pendidikan. Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, yang pada tanggal 2 Mei merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu.

Ki Hadjar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “Taman”. Taman merupakan tempat belajar yang menyenangkan. Anak datang ke taman dengan senang hati, berada di taman juga dengan senang hati, dan pada saat harus meninggalkan taman, maka anak akan merasa berat hati. Pertanyaannya, sudahkah sekolah kita menjadi seperti taman? Sudahkah sekolah kita mejadi tempat belajar yang menyenangkan?

Sekolah menyenangkan memiliki berbagai karakter, di antaranya adalah sekolah yang melibatkan semua komponennya, baik guru, orang tua, siswa dalam proses belajarnya; sekolah yang pembelajarannya relevan dengan kehidupan; sekolah yang pembelajarannya memiliki ragam pilihan dan tantangan, di mana individu diberikan pilihan dan tantangan sesuai dengan tingkatannya; sekolah yang pembelajarannya memberikan makna jangka panjang bagi peserta didiknya.

Di hari Pendidikan Nasional ini, mari kita kembalikan semangat dan konsep Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah harus menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Sebuah wahana belajar yang membuat para pendidik merasakan mendidik sebagai sebuah kebahagiaan. Sebuah wahana belajar yang membuat para peserta didik merasakan belajar sebagai sebuah kebahagiaan. Pendidikan sebagai sebuah kegembiraan. Pendidikan yang menumbuh-kembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan berkarakter Pancasila.
Ikhtiar besar kita untuk pendidikan ini hanya akan bisa terwujud apabila kita semua terus bekerja keras dan makin membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan. Mulai hari ini, kita harus mengubah perspektif bahwa pendidikan bukan hanya urusan kedinasan di pemerintahan, melainkan juga urusan kita dan ikhtiar memajukan pendidikan adalah juga tanggung jawab kita semua.

Mari kita teruskan kerja keras, kerja bersama ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Mahakuasa, selalu membimbing kita agar dapat meraih dan melampaui cita-cita bangsa kita tercinta. Amin.

Selamat Hari Pendidikan Nasional, jayalah Indonesia!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anies Baswedan



Padamu - Dapodik; Sudah Terintegrasi?


Padamu dan Dapodik dalam proses integrasi. Apakah ini jawabannya?


Blog Competition: Kotaku Kota Cerdas!


Ukuran sebuah kota yang baik adalah kota yang mampu memberikan kenyamanan bagi penduduknya, kota tersebut wajib memiliki sirkulasi yang baik yang artinya penghuni kota dapat berpindah tempat menggunakan transportasi publik yang baik tanpa hambatan, jika transportasi kota tersebut buruk berarti sirkulasi kota tersebut bisa dikategorikan buruk karena sirkulasi ini juga sangat berperan besar dalam perkembangan kota. Tak hanya itu, proses sanitasi ataupun drainase menjadi ukuran penting seberapa jauh kota tersebut bisa dikategorikan sebagai kota yang baik atau kota yang cerdas bagi penduduknya.

Ukuran kota cerdas adalah kota yang menggunakan teknologi digital untuk menunjang operasionalnya dan diharapkan bisa membantu perkembangan kota secara siginifikan. Ada tiga faktor yang menjadi penilaian kota yang cerdas, cerdas secara ekonomi, cerdas secara sosial dan cerdas secara lingkungan.

Kota dapat dikategorikan sebagai kota yang cerdas secara ekonomi apabila kota tersebut sudah ditopang dengan perekonomian yang baik, kota dapat memaksimalkan seluruh sumber daya kota dan memiliki potensi sebagai penghasil keuntungan bagi pemerintah dan juga penduduknya. Kota yang masuk sebagai kota yang cerdas secara sosial, apabila kota tersebut sudah memberikan keamanan, kemudahan dan kenyamanan ketika berinteraksi sosial dengan sesama penduduk ataupun dengan pemerintah kota. Kota yang dikategorikan sebagai kota yang cerdas lingkungan, jika kota tersebut sudah menjadi tempat yang layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi.

Bagaimana dengan kota Anda?
Bekerjasama dengan ITB, Harian Kompas dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tahun ini meluncurkan Indeks Kota Cerdas Indonesia yaitu pemeringkatan kota-kota di Indonesia yang mengundang 98 walikota anggota APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) yang diharapkan dapat menginspirasi seluruh pemimpin, masyarakat, maupun pemerintahan kota lainnya, agar dapat mengembangkan kota secara cerdas dari optimal.

Dalam rangka mewujudkan kota cerdas untuk seluruh kota yang ada di Indonesia, Kompasiana mengajak seluruh Kompasianer sebagai penduduk kota masing-masing untuk saling memberikan ide, pendapat dan harapan seperti apa kota cerdas impian yang harus diwujudkan di masing-masing kota Anda. [KEV]

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silahkan Anda registrasi dahulu di sini.

  • Peserta sudah terverifikasi, belum terverifikasi? Verifikasi di sini.

  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain.

  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana.

  • Dapat mengirimkan lebih dari satu tulisan sesuai dengan aturan jeda tayang Kompasiana.

  • Tulisan tidak mengandung unsur SARA.

  • Tema Lomba: Kotaku Kota Cerdas!

  • Peserta wajib mencantumkan tag: kotacerdas dalam tiap tulisan.

  • Lomba akan berlangsung dari tanggal 26 April - 25 Mei 2015

  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba.

  • Pemenang akan diumumkan 2 (dua) minggu setelah periode lomba berakhir.

  • Juara I: Uang Tunai sebesar Rp 3.000.000,-

  • Juara II: Uang Tunai sebesar Rp 2.000.000,-

  • Juara III: Uang Tunai sebesar Rp 1.000.000,-
Sumber: http://blog.kompasiana.com/

Sabtu, 18 April 2015

New Add-Ins Formula Excel Angka_ke_Kata (Perbaikan)

Berikut kami share kembali Add-Ins Formula Excel Angka_ke_Kata sebagai hasil perbaikan dari beberapa kekurangan versi sebelumnya.




Jumat, 17 April 2015

Bentuk, Spesifikasi, dan Pencetakan Blanko SHUN SMP/SMA Tahun 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sudah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 023/H/EP/2015 tentang Bentuk, Spesifikasi, dan Pencetakan Blanko Sertifikat Hasil Ujian Nasional pada Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dalam SK Kepala Balitbang Kemdikbud ini diatur tentang bentuk dan spesifikasi blangko SHUN untuk jenjang SMP/MTs/SMPLB dan SMA/SMK/MA/SMALB/Paket C.

Berikut adalah format blanko yang dimaksud dalam SK tersebut







File salinan Surat Keputusan Kepala Balitbang dapat 

Kamis, 16 April 2015

Add-Ins Formula Excel untuk Merubah Angka menjadi Kata

Berikut adalah  Add-Ins Excel yang dibuat oleh Pak Taufiq dan dishare di akun Facebook beliau.

Cara Pemasangan:

1. Silahkan buka piranti Microsoft Excel di komputer Anda. Kemudian pilih menu FILE



2. Pilih menu OPTIONS



3. Pilih menu Add-Ins



4. Cari file Angka ke Kata yang tadi sudah diunduh



5. Kemudian pada kotak dialog Add-Ins, silahkan centang (  ) pilihan Angka ke Kata.



6. Silahkan coba mengetik angka dalam puluhan dan desimal. Kemudian untuk merubah angka tersebut menjadi kata silahkan ketik formula TERBACA seperti pada gambar di bawah ini.





Jika instalasi Add-Ins berhasil maka akan muncul kata sesuai dengan angka yang kita ketik tadi.



Semoga bermanfaat!
***

Berikut penuturan Pak Taufiq melalui akun Facebook-nya:
Menjelajah kesana kemari mencari sebuah formula tidak ketemu juga. Namun putaran scroll mouse dan otak ternyata bisa memerangi rasa kantuk dengan menekan tombol-tombol keyboard. Akhirnya bertemulah dengan formula Add-Ins untuk Excel yang berfungsi untuk merubah ANGKA menjadi KATA. Formula ini merupakan adaptasi dari beberapa referensi. Semoga bermanfaat bagi kawan-kawan untuk membantu pekerjaan dalam merekap nilai yang nantinya akan dimuat dalam SKHUS (Sementara) -yang biasanya terdiri dari NILAI ANGKA dan NILAI HURUF/KATA. Bisa juga digunakan untuk pekerjaan lain yang membutuhkan formula seperti fungsi Add-Ins ini.
Terima kasih untuk kawan-kawan ( Dede Nurhendi , Dwi Daryanti , Ecep Rahmatillah SyamKhang AbbieAdiie Ituhh Kubiell Part IIINinin Triadi,Uthenks AdjaHimawan 'masterinsky' Wicaksono) yang sudah membantu uji coba Add-Ins ini di beberapa versi Office (2007, 2010, dan 2013). Terima kasih juga untuk kang Ilham Firnadi Anugrah dan kang Ruhyat Yogaprana dengan spiritnya yang mengilhami saya smile emotikon , juga untuk "kopi dumay" bung Dedy Theday Sunandar smile emotikon .
Silahkan unduh file berikut sudah beserta Tutorial Sederhana.

Password untuk ekstract RAR/ZIP "operatorsekolahbogorutara" (hapus tanda kutip). 100% GRATIS.
Kritik dan saran silahkan sampaikan kepada pak Taufiq . Terima kasih.

Sabtu, 11 April 2015

Rancangan SKHUN Tahun 2015


Dulu, ketika menerima surat hasil ujian nasional (UN), siswa dan orang tua hanya mendapat informasi: lulus atau tidak lulus. Titik. Tidak ada keterangan lainnya. Padahal hasil UN salah satunya digunakan untuk
melihat peta mutu pendidikan baik pada diri siswa, sekolah, daerah, maupun nasional. Namun, mulai UN tahun pelajaran 2014/2015 ini, siswa akan diberikan lembaran yang memuat informasi lebih lengkap tentang
gambaran capaian kompetensinya. Lembaran itu dinamakan Surat Keterangan Hasil UN.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengubah laporan hasil ujian nasional (UN) yang semula hanya mencakup pernyataan lulus dan tidak lulus, menjadi laporan yang lebih informatif dan deskriptif. Laporan itu berbentuk Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN). SKHUN menginformasikan sejumlah komponen lebih menyeluruh, dan memberi manfaat bagi siswa sebagai peserta ujian, orang tua, sekolah, maupun pengelola pendidikan di tingkat pusat, maupun daerah.

Kumpulan data dalam SKHUN dapat dimanfaatkan untuk perbaikan internal, salah satunya menjadi bahan acuan menyusun materi pembelajaran peningkatan kompetensi siswa. Komponen isi SKHUN pun akan berbeda sesuai dengan penerima SKHUN. Bagi peserta didik, dan orang tua, SKHUN akan berisi nilai tes
UN, diagnostik terhadap nilai yang diperoleh untuk perbaikan, kategorisasi pencapaian dari nilai peserta didik, dan deskripsi terhadap kategorisasi pencapaian nilai. Hal ini akan berbeda dengan laporan UN sebelumnya yaitu sebatas menampilkan nilai akhir UN siswa.

Sementara bagi pihak sekolah dan pemerintah daerah, SKHUN akan berisi komponen yang sama dengan SKHUN yang diterima siswa maupun orang tua, ditambahkan dengan konteks (posisi terhadap rerata siswa
yang lain di sekolah, daerah maupun nasional, dan indeks non parametrik (mengukur perilaku saat tes, perkembangan hasil dari tahun ke tahun).

Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Kemendikbud, Nizam menyebutkan, secara fisik SKHUN untuk siswa maupun orang tua akan terdiri dari dua lembar. Pada lembar pertama, SKHUN memuat nilai tes masing-masing siswa di tiap mata pelajaran yang diujikan. Tidak hanya itu, lembar ini pun akan memuat nilai UN rerata sekolah, nilai rerata UN secara nasional, dan deskripsi nilai siswa.

Adapun deskripsi nilai mencakup empat kategorisasi, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Ke depan, dengan seperangkat informasi ini, siswa dapat memotivasi diri untuk memperbaiki nilai UN yang dimiliki dengan membandingkan nilai UN yang diperoleh dengan rerata nilai UN di tingkat sekolah, bahkan di tingkat
nasional, Pada lembar kedua, SKHUN akan memuat deskripsi kompetensi siswa terhadap komponen-kompen mata pelajaran yang diujikan. Maksudnya, deskripsi ini akan memberikan penjelasan dan makna lebih kepada siswa, orang tua, guru tentang angka yang diperoleh pada setiap mata pelajaran yang diujikan.

Nizam mencontohkan, apabila siswa kelas XII mendapatkan nilai 6,5 dengan deskripsi nilai kategori baik untuk Bahasa Indonesia, maka siswa bisa memahami pengertian level kompetensi baik tersebut. Bahkan siswa, orang tua, maupun pengelola pendidikan dapat menyimpulkan kekurangan dan kelebihan siswa pada
komponen mata pelajaran itu. “Misalkan nilainya 6,5. Anak itu bisa membaca koran, namun belum bisa memaknai bacaan tersebut. Masing-masing mata pelajaran akan ada deskripsinya,” ujar Nizam.

Deskripsi kompetensi memberikan makna dan penjelasan lebih pada siswa, orang tua, dan guru tentang
angka yang didapat di setiap mata pelajaran UN. Hal ini bermanfat untuk mengetahui apa yang diperlukan siswa dalam proses belajar selanjutnya dan bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar juga latihan apa yang dapat didukung oleh orang tua di rumah.

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/

Lomba Esai Sosial Budaya Nasional 2015


Panduan Lomba

PENGANTAR
Laut sudah lama menjadi urat nadi ekonomi dan kebudayaan. Ia tak hanya menjadi jalur perdagangan, melainkan juga pertemuan dan silang budaya berbagai etnik dan bahasa, sehingga membentuk keragaman Indonesia. Luas laut Indonesia mencapai 3,2 juta kilometer persegi. Panjang pantainya lebih dari 95.000 kilometer—terpanjang kedua di dunia. Negeri ini juga memiliki lebih dari 17.000 pulau, menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, dan diperkirakan lebih dari 60% penduduknya bermukim di pesisir. Sayangnya, sumber daya yang begitu besar itu sudah lama diabaikan. Sejarawan Hilmar Farid (2014), menyitir pernyataan Presiden Joko Widodo, menyebutnya sebagai “gerak memunggungi laut”. Laut dianggap sebagai masa lalu, sehingga perhatian lebih diarahkan kepada daratan. Begitulah sehingga kota-kota dibangun tidak dengan memuliakan jalur perairan.
Oleh karena itu, visi presiden untuk membangun Poros Maritim Dunia patut disambut antusias. Laut kembali mendapat perhatian. Gagasan itu bertumpu pada imaji konektivitas antarlaut dan pulau sebagai penopang utama sektor pembangunan. Di sinilah kita perlu menelaah kembali ihwal budaya maritim untuk membangkitkan inovasi dan kejayaan bangsa. Pertanyaannya, mampukah generasi muda menafsirkan budaya maritim untuk kejayaan bangsa? Apa saja persoalan yang membelit budaya maritim sehingga kurang berkembang? Inovasi dan strategi apa yang dapat dilakukan agar budaya maritim bangkit dan menjadi penyokong masa depan bangsa? Untuk menjawab berbagai soal itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengundang pelajar SMA/sederajat untuk menuangkan gagasan dalam Lomba Esai Sosial Budaya Nasional 2015 dengan tema: “Bentangan Laut Ribuan Pulau: Inovasi Budaya Maritim Nusantara”.
MEKANISME LOMBA
 A. Ketentuan Umum 
  1. Peserta adalah pelajar tingkat SMA/sederajat.
  2. Peserta tidak dipungut biaya.
  3. Untuk memberi kesempatan yang lebih luas, finalis lomba tahun 2013 dan 2014 tidak diperkenankan mengikuti lomba ini.
  4. Naskah esai merupakan karya perorangan dan belum pernah dipublikasikan.
  5. Peserta dapat mengirimkan maksimal 2 karya.
  6. Naskah esai terdiri dari 2.000 – 3000 kata (tidak termasuk foto dan infografis).
  7. Naskah diketik di kertas A4, Times New Roman 12, spasi 1,5. Margin kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm, dan bawah 3 cm.
  8. Judul esai bebas, namun harus sesuai dengan tema lomba.
  9. Naskah esai berisi tiga bagian yang tidak perlu disebut secara eksplisit, yaitu pendahuluan(berisi latar persoalan dan identifikasi topik bahasan), isi (pembahasan dan analisis), dankonklusi (kesimpulan/penutup).
  10. Sumber pustaka dianjurkan dari buku, jurnal, makalah, dan surat kabar. Sumber pustaka daring (online) bersifat terbatas pada sumber-sumber terpercaya (laman resmi surat kabar, instansi pemerintah/swasta, e-journale-book). Sumber pustaka dicantumkan di dalam pengutipan dan daftar pustaka.
  11. Sumber data untuk penulisan dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi lapangan
  12. Esai dapat memuat data berupa foto dan infografis seperlunya.
  13. Refleksi atas fakta yang didasarkan pada analisis menjadi prioritas penilaian.
  14. Naskah esai harus disertai lembar orisinalitas karya sesuai dengan format yang dapat diunduh di laman http//www.lktikebudayaan.com.
  15. Naskah yang tidak disertai lembar orisinalitas karya dianggap gugur.
B. Pengiriman Naskah Esai
  1. Naskah dapat dikirim melalui email atau pos (pilih salah satu).
  1. Naskah yang dikirim melalui email paling lambat 10 Mei 2015 pukul 24.00 WIB ke alamat:lomba@lktikebudayaan.com
  2. Naskah yang dikirim melalui pos paling lambat 2 Mei 2015 (cap pos) ke alamat panitia (lihat bagian bawah)
  3. Naskah yang dikirim di luar waktu yang telah ditentukan tidak akan disertakan dalam lomba.
  4. Naskah esai yang dikirim via email dibuat dalam format MS. Word dengan nama file: “Nama_Judul Esai”.
  5. Lembar orisinalitas dipindai/scan dan dikirim dalam format JPEG/PDF dengan nama file: Nama Lengkap Penulis.
  6. File lembar orisinalitas yang dikirim tidak melebihi 5 Megabita (MB).
  7. Pada subyek/judul email ditulis dalam format: “Nama_Judul Esai”.
  8. Berkas yang dikirim meliputi: (1) naskah esai dan (2) lembar orisinalitas karya dilampirkan dalam satu email/amplop.
C. HADIAH
Total Hadiah Lebih dari 64 Juta Rupiah
Juara I:Rp 10.000.000 + piagam
Juara II:Rp    9.000.000 + piagam
Juara III:Rp    8.000.000 + piagam
Juara Harapan I:Rp    6.000.000 + piagam
Juara Harapan II:Rp    5.000.000 + piagam
Juara Harapan III:Rp    4.000.000 + piagam
Hadiah untuk 9 Finalis lainnya:Rp    2.500.000 + piagam
* Pajak hadiah ditanggung panitia
** Karya para finalis akan diterbitkan dalam buku kumpulan esai terbaik.

D. Seleksi dan Penjurian
  1. Pengumuman 15 finalis dilakukan pada 3 Juni 2015 melalui laman http//www.lktikebudayaan.com
  2. Para finalis diundang dan dibiayai ke Jakarta untuk melakukan presentasi di depan dewan juri.
  3. Biaya penginapan dan transportasi finalis ditanggung oleh panitia. Panitia tidak menanggung biaya pendamping (guru atau orang tua).
  4. Presentasi finalis, pengumuman pemenang, dan penyerahan hadiah dilakukan pada 12 s.d 15 Juni 2015 di Jakarta.
  5. Keputusan Dewan Juri adalah mutlak, tidak dapat diganggu-gugat.
  6. Aspek-aspek yang dinilai dan bobot penjurian:
No
Aspek Penilaian
Uraian
Bobot
1.Kesesuaian Tema
  • Topik ditulis sesuai dengan tema dan keterkaitannya dengan aspek-aspek budaya maritim, dilihat dari rumusan judul dan kesesuaian dengan bahasan/isi tulisan.
10%
2.Gagasan
  • Orisinal: gagasan relatif baru dan unik.
  • Kreatif: menunjukkan pemahaman baru atas persoalan yang dibahas.
  • Aktual: gagasan sesuai dengan kondisi kekinian dengan menyajikan data dan fakta.
  • Disajikan secara komprehensif.
30%
3.Argumentasi
  • Gagasan runtut, tertib, dan jelas (mudah dimengerti).
  • Relevensi data dan informasi yang diacu dengan uraian tulisan.
  • Sumber pustaka dianjurkan dari buku, jurnal, makalah, dan surat kabar. Sumber pustaka daring (online) bersifat terbatas pada sumber-sumber terpercaya (laman resmi surat kabar, instansi pemerintah/swasta, e-journale-book). Sumber pustaka dicantumkan di dalam pengutipan dan daftar pustaka.
  • Data dari hasil wawancara dan observasi lapangan diutamakan.
  • Refleksi atas fakta yang didasarkan pada analisis menjadi prioritas penilaian.
  • Kemampuan menganalisis & sintesis secara reflektif dan meringkasnya dalam simpulan.
40%
4.Penulisan
  • Tata tulis: kerapihan ketik, tata letak, dan jumlah halaman.
  • Pengungkapan: sistematika tulisan, ketepatan dan kejelasan ungkapan, bahasa baku yang baik dan benar, komunikatif, dan relatif mudah dipahami.
20%

PANITIA LOMBA ESAI SOSIAL BUDAYA NASIONAL 2015
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan
Alamat: Kompleks Kemdikbud, Jln. Jenderal Sudirman-Senayan,
Gedung E Lantai 19, Jakarta 10270
Email : lomba@lktikebudayaan.com