Kami sangat menghargai Anda jika mengutip konten blog ini dengan menyebutkan sumbernya.

Rabu, 17 Juli 2013

Sistem Pendataan (Dapodik) Mengarah pada Komputasi Awan

 
Jakarta (Dikdas): Perkembangan sosial-ekonomi yang semakin cepat mendorong revolusi teknologi yang berbasis pada pemanfaatan internet dan teknologi informasi. Kini, orang tak lagi peduli di mana data disimpan. Asal data mudah diakses, maka layanan yang ada akan terus digunakan dan dipakai untuk pengembangan teknologi lebih lanjut.

Dalam paparannya bertajuk ‘Integrasi Melalui Unifikasi Data Pokok Pendidikan’ di hadapan peserta Workshop Sosialisasi Bantuan Pendataan Pendidikan Dasar di Hotel Mega Anggrek, Jakarta Barat, Kamis malam (6/10), Suhadi Lili mencontohkan penggunaan laman jejaring sosial Facebook. “Ketika Bapak-Ibu meng-update status dan komentar, di mana menyimpannya?” ujar dosen informatika Institut Teknologi Sepuluh November ini. Hal demikian juga berlaku pada kepemilikan akun surat elektronik (email) seperti Gmail dan Yahoo.

Masyarakat tak peduli dan perlu tahu di mana data disimpan. Yang penting ia punya halaman di laman, kapan dan di mana pun bisa diakses. Kepercayaan pada layanan tersebut terus hidup, terbukti dari terus berlangsungnya laman-laman di dunia maya dan semakin besar.

Paradigma demikian tercakup dalam konsep mengenai Komputasi Awan (Cloud Computing). Awan (cloud) merupakan metafora dari internet—sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Awan dalam Komputasi Awan juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Ia merupakan metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan. Pengguna dapat mengaksesnya lewat internet (di dalam awan) tanpa tahu apa yang ada di dalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya.

“Ini konsep yang sama yang ingin diterapkan di sistem (pendataan),” tegas Suhadi Lili. Tak penting tahu, katanya, data disimpan di mana. “Kalau Bapak-Ibu bisa memanfaatkan data itu seperti halnya datanya sendiri, kan mestinya tidak masalah data disimpan di mana.”

Sekarang, tambah Suhadi Lili, teknologi informasi sudah sangat memungkinkan untuk mendapatkan data individual. “Bukan hanya data statistik lagi. Satu per satu data memungkinkan untuk didapatkan secara teknis,” ungkapnya.

Maka, untuk mendapatkan data individual yang mencakup peserta didik, satuan pendidikan, dan pendidik dan tenaga kependidikan, bukan lagi persoalan. Teknologi telah memungkinkannya. Sistem pendataan pun sedang mengarah pada komputasi awan.* (Billy Antoro)
Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda!